Ririn Blog
Kamis, 17 Maret 2016
Imunisasi
Imunisasi
merupakan prosedur pencegahan penyakit menular yang diberikan kepada anak sejak
masih bayi hingga remaja. Melalui program ini, tubuh diperkenalkan dengan
bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan
untuk merangsang sistem imun guna membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk
setelah imunisasi berguna untuk melindungi tubuh dari serangan mikroorganisme
tersebut di masa yang akan datang. Inilah yang disebut dengan kekebalan aktif.
Efek samping imunisasi
Umumnya efek samping imunisasi tergolong ringan, seperti
bengkak atau bekas berwarna kemerahan di bagian yang disuntik, demam, mual, nyeri, pusing, dan hilang nafsu makan. Untuk
efek samping yang tergolong besar, seperti kejang,
jarang sekali terjadi.
Namun pertimbangkanlah kembali jika Anda berencana untuk
tidak memberi anak vaksinasi karena risiko efek samping vaksinasi itu sendiri
lebih kecil dibandingkan manfaat imunisasi.
Jenis-jenis vaksin di Indonesia
Berikut ini adalah jenis-jenis
vaksin yang direkomendasikan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Di
Indonesia, vaksin hepatitis B, polio, BCG, DTP, dan
campak merupakan vaksinasi yang
diwajibkan. Sedangkan sisanya merupakan vaksinasi yang sifatnya hanya
dianjurkan.
· Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu
penyakit infeksi hati berbahaya yang disebabkan oleh virus. Pemberian vaksin
hepatitis B pada anak dilakukan dalam kurun waktu 24 jam setelah kelahirannya,
bahkan yang paling baik adalah dalam kurun waktu 12 jam. Vaksin ini kembali
diberikan saat anak genap berusia satu bulan dan enam bulan.
Efek samping yang umum dari
vaksinasi hepatitis B adalah demam dan kelelahan, sedangkan efek samping yang
jarang terjadi adalah gatal-gatal, kulit kemerahan, serta pembengkakan pada
wajah.
· Polio
Polio
merupakan penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Pemberian vaksin
polio harus dilakukan dalam satu rangkaian, yaitu pada saat anak baru
dilahirkan dan pada saat anak berusia dua, empat, lalu enam bulan. Selanjutnya
vaksin booster diberikan saat anak berusia satu setengah hingga
dua tahun, kemudian pada usia lima tahun. Dosis vaksin booster
diberikan untuk lebih memperkuat sistem kekebalan tubuh terhadap virus polio.
Efek samping vaksin polio yang
paling umum adalah demam dan kehilangan nafsu makan, sedangkan efek samping
yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi.
· BCG
Vaksin BCG diberikan untuk
mencegah penyakit tuberkulosis atau
yang lebih dikenal sebagai TBC. Penyakit ini menyerang sistem pernapasaan dan
tergolong berbahaya, bahkan dapat menyebabkan kematian.
Pemberian vaksin BCG hanya
dilakukan satu kali, yaitu pada kisaran saat anak baru dilahirkan hingga
berusia dua bulan.
Efek samping vaksin BCG yang
paling umum adalah demam dan munculnya benjolan bekas suntik pada kulit,
sedangkan efek samping yang sangat jarang terjadi adalah reaksi alergi.
· DTP
Vaksin DTP merupakan jenis
vaksin gabungan. Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit difteri, tetanus, dan pertusis. Pertusis lebih
dikenal dengan sebutan batuk rejan.
Difteri merupakan penyakit
berbahaya yang dapat menyebabkan sesak napas, radang paru-paru, hingga masalah
pada jantung dan kematian. Sedangkan tetanus merupakan penyakit kejang otot
yang juga tidak kalah mematikannya. Dan yang terakhir adalah batuk rejan atau
pertusis, yaitu penyakit batuk parah yang dapat mengganggu pernapasan. Sama
seperti difteri, batuk rejan juga dapat menyebabkan radang paru-paru, kerusakan
otak, bahkan kematian.
Pemberian vaksin DTP harus
dilakukan dalam lima dosis, yaitu pada saat anak berusia:
- Dua bulan
- Empat bulan
- Enam bulan
- Satu setengah hingga dua tahun
- Lima tahun
Efek samping vaksin DTP yang
tergolong umum adalah rasa nyeri, demam, dan mual. Efek samping yang jarang
terjadi adalah kejang-kejang. Selain vaksin DTP, tersedia juga vaksin Td yang
melindungi tubuh dari difteria dan batuk rejan. Vaksin Td diberikan untuk anak
di atas umur 7 tahun yang tidak menerima vaksin DTP. Vaksin Td perlu diulangi
tiap sepuluh tahun untuk mempertahankan kekebalan tubuh terhadap difteria dan
batuk rejan.
· Campak
Campak adalah penyakit virus
yang menyebabkan demam, pilek,
batuk, sakit tenggorokan, dan ruam. Vaksin
campak diberikan dalam tiga dosis yaitu pada saat anak berusia sembilan bulan,
dua tahun dan enam tahun. Efek samping vaksin campak yang paling umum adalah
demam dan hilangnya nafsu makan.
Kamis, 10 Maret 2016
cara mencuci tangan yang baik dan benar
Cara
Mencuci Tangan Yang Baik dan Benar
Kebersihan tangan yang utama
Mungkin mudah melupakan cuci tangan karena sibukanya Anda
setiap hari, tetapi Anda perlu melakukannya sebagai kegiatan rutin. Buatlah
catatan, bisa ditulis di tangan, membuat pengingat di telepon genggam, atau
menuliskannya pada kertas.
Tentu saja Anda tidak bisa selalu mencuci tangan dimanapun
bila tidak ada air dan sabun. Tetapi itu bukanlah alasan untuk tidak mencuci
tangan. Anda bisa menggunakan Dettol Hand Sanitiser yang mampu membasmi kuman
dengan segera tanpa air. Tuangkan sebanyak 1 sendok teh ke telapak tangan Anda
dan usapkan sampai kering.
Anda perlu mencuci tangan sebelum makan dengan Dettol Hand
Sanitiser di tempat-tempat umum seperti toko, taman, dan kendaraan umum. Tetapi
Anda tetap harus mencuci tangan juga kalau terlihat kotor. Penggunaan Hand
Sanitiser pada anak-anak harus tetap dalam pengawasan orang dewasa.
Cara mencuci tangan yang benar:
- Basahi tangan dengan air yang mengalir
- Tuang sabun cuci tangan secukupnya
- Usapkan 2 telapak tangan, jangan sampai kena air
- Usap jari-jari, jempol, dan selipan jari-jari
- Gosok kuku-kuku
- Gosok punggung tangan
- Bilas dengan air yang mengalir
- Keringkan dengan handuk bersih atau tisu
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara lembut
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan
7. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang mengalir lalu keringkan memakai handuk atau tisu.
A.
Pengertian
Vulva Hygiene
Vulva hygiene
adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri. Pasien
yang harus istirahat di tempat tidur (misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, section caesarea) harus dimandikan setiap hari dengan
pencucian daerah perineum yang dilakukan dua kali sehari dan pada
waktu sesudah selesai membuang hajat. Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya
masih muda dan sehat, daerah daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian
serta perawatan protektif.
Setelah ibu
mampu mandi sendiri (idealnya, dua kali sehari), biasanya daerah perineum
dicuci sendiri dengan menggunakan air dalam botol atau wadah lain yang
disediakan khusus untuk keperluan tersebut. Penggantian tampon harus sering
dilakukan, sedikitnya sesudah pencucian perineum dan setiap kali
sehabis ke belakang atau sehabis menggunakan pispot. Payudara harus mendapatkan
perhatian khusus pada saat mandi yang bisa dilakukan dengan memakai spons atau
shower dua kali sehari. Payudara dibasuh dengan menggunakan alat pembasuh muka
yang disediakan khusus untuk keperluan ini. Kemudian masase payudara dilakukan
dilakukan dengan perlahan – lahan dan puting secara hati – hati ditarik keluar.
Jangan menggunakan sabun untuk membersihkan putting
B. Tujuan Vulva Hygiene
1.
Untuk
mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum
2.
maupun
uterus
3.
Untuk
penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
4.
Untuk
kebersihan perineum dan vulva
5.
Memberikan
rasa nyaman pasien
6.
Mencegah
terjadinya infeksi pada luka
7.
Menjaga
kebersihan vulva
C. Peralatan
1.
Oleum
coccus yang hangat (direndam dalam air hangat)
2.
Kapas
3.
Handuk
besar: 2 buah
4.
Peniti:
2 buah
5.
Air
hangat dan dingin dalam baskom
6.
Waslap:
2 buah
7.
Bengkok
D. Cara Ibu Hamil Melakukan Vulva Hygiene Sendiri.
Langkah-langkah yang dapat
dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu hamil adalah sebagai berikut :
1. Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Mengajarkan
ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
3. Pastikan
bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Nasihati ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau
besar.
4. Sarankan
ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.
Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di
bawah matahari dan disetrika.
5. Sarankan
ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
6. Jika
ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menentuh daerah tersebut.
Lokasi:
Riau, Indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)